Prestasi Menentukan Posisi atau Posisi Menentukan Prestasi?

Suasana kerja di kantor hari ini terasa kurang kondusif (atau cuma pikiranku saja yang sedang tidak kondusif? entahlah). 
Setelah sedikit ngobrol dengan rekan kantor untuk relaksasi pikiran. Ada kata-kata yang sedikit menyentil pikiran "prestasi menentukan posisi atau posisi menentukan prestasi". Awal muncul kata-kata tersebut adalah ketika kami sedang membicarakan masalah promosi di kantor. Dan kalau bicara soal promosi, pasti tidak jauh-jauh dari yang namanya posisi atau jabatan.

Dalam bekerja masalah penempatan, mutasi (perpindahan) dan promosi (kenaikan jabatan) adalah sesuatu yang biasa. Hal-hal tersebut bagian dari dinamika kerja dalam organisasi. Tentulah di antara sekian banyak pekerja harus ada yang menjadi pemimpin dan harus ada yang dipimpin. Pemimpin suatu saat juga akan digantikan oleh yang terpilih di antara yang dipimpin. Demikian juga dengan pekerja yang sudah purna tugas akan digantikan dengan manusia-manusia baru. Begitu seterusnya.

Selain itu, dalam organisasi juga harus ada pemerataan sumber daya manusia, pemerataan kemampuan setiap pekerja dan pemerataan pengalaman. Pemerataan tersebut dibutuhkan dalam suatu organisasi, agar organisasi tersebut terus berjalan kondusif dengan segala tantangan yang ada dan mencapai tujuan yang diinginkan. Untuk itulah dilakukan mutasi dan promosi seperti yang saya singgung diawal tadi dengan maksud agar bisnis suatu organisasi dapat terus berjalan dan pada akhirnya meraih tujuan yang diinginkan.

Namun setelah saya berpikir lagi tentang hal tersebut. Timbul pertanyaan. Apa kriteria seseorang untuk mendapatkan suatu posisi tertentu?. Apa korelasi prestasi yang dicapai dengan posisi yang diduduki?. atau pertanyaan seperti dalam judul tadi, prestasi menentukan posisi atau posisi menentukan prestasi?.

Mungkin ketika sekolah atau kuliah, istilah "posisi menentukan prestasi" sering kita dengarkan. Misalnya bila tempat duduk ujian kita di bangku paling depan maka kebanyakan prestasinya cenderung kurang baik (entah itu faktor tekanan psikis kebanyakan orang atau karena tidak bisa tanya teman, hehe, entahlah). Ada juga yang mengartikan jika posisi kita dekat (akrab) dengan dosen/guru maka urusan nilai sudah pasti beres. Sekali lagi, entahlah.

Nah, apakah di dunia kerja istilah seperti itu tetap berlaku?. Sekali lagi saya tegaskan dalam dunia kerja semuanya bisa terjadi. Unpredictable. Akan tetapi, istilah yang tepat digunakan mungkin kebalikannya yaitu "prestasi menentukan posisi". Dalam dunia kerja, hubungan variabel posisi dan prestasi jelas terkait sekali, bahkan tidak bisa dipisahkan. Namun, posisi tidak hanya terkait dengan variabel prestasi semata. Masih ada variabel kemampuan (baik soft skills dan hard skills), perilaku, integritas dll. Posisi yang diduduki seseorang dalam suatu organisasi pastilah tidak jauh kaitannya dengan prestasi yang dicapai. Prestasi yang dimaksud tentunya dalam berbagai aspek, misalnya prestasi terkait target yang dicapai, prestasi menyelesaikan suatu masalah tertentu, prestasi dalam disiplin, prestasi dalam kejujuran, dll.

Lalu bukan berarti istilah "posisi menentukan prestasi" tidak berlaku juga. Jika kita berada dalam posisi di sekitar orang-orang yang mendukung untuk maju. Pasti prestasi bagus juga akan dapat kita capai. Selain itu, faktor relasi dengan banyak dengan berbagai orang (bisa kita analogikan sebagai variabel posisi) dapat mendukung kita meraih prestasi dalam bekerja. Jadi, "posisi menentukan prestasi" menurut saya juga tidak salah, selama tidak melanggar peraturan dan dalam konteks yang positif.

Menurut saya entah itu prestasi yang menentukan posisi ataukah posisi yang menentukan prestasi, semuanya sama saja. Tergantung sudut pandang kita menyikapinya. Toh selama kita bekerja dengan baik, penuh semangat, dan kerja keras, prestasi atau pun posisi akan datang menghampiri kita.Yang terpenting jangan jadikan keinginan meraih posisi tertentu menjadi tujuan kita dalam bekerja. Karena dengan demikian kita tidak akan bisa bekerja dengan nikmat dan menikmati pekerjaan. So just enjoy your work.

Militan?

Matahari mulai terbenam di ujung barat. Pemandangan itu terlihat jelas dari jendela sebuah gedung di Jakarta. Bak sebuah lukisan beraliran realisme dalam sebuah bingkai jendela. Petang itu seorang pegawai masih mengerjakan tugasnya, padahal jam kerja sudah habis. Sementara di bangku seberang mejanya terlihat para atasan sedang berbincang-bingcang.

"Pegawai seperti apa yang anda butuhkan Pak?", seloroh seorang atasan kepada atasan lain.
"Saya butuh pegawai yang tidak perlu pinter-pinter banget, yang penting mau kerja dan militan." sahut atasan yang ditanya tadi.
"Mmm...", timpal atasan yang bertanya sambil tidak berkomentar. Entah apa kelanjutan percakapn mereka.

Sejenak si pegawai menghentikan pekerjaannya dan berpikir tentang sebuah kata "militan". Dalam hatinya sedikit terganjal dengan kata itu. Pekerjaan yang seharusnya dikerjakan pun diabaikan begitu saja. Fokusnya sudah hilang karena sebuah kata "militan". Dalam pikiran ia terus mencari-cari apa maksud militan tersebut. Apakah yang dimaksud militan itu adalah seperti tentara militer? atau seperti para pahlawan kemerdekaan? atau seperti tokoh-tokoh super hero (Batman, Superman, Spiderman, P-Man?). Pikirannya terus membayangkan tentang apa yang disebut militan.

Ya masa seorang karyawan yang mengurusi administrasi dan berhubungan dengan berkas-berkas harus bekerja layaknya tentara atau pejuang atau superhero? pikirnya sambil tertawa geli membayangkanya. Lalu si karyawan tersebut mulai membayangkan tentang militan tersebut, apakah seperti tentara? yang harus melaksanakan segala perintah komandan tanpa terkecuali. Kalau seperti itu harus perintah yang salah pun berarti harus dilakukan. Komandan bilang maju ya harus maju, komandan bilang mundur ya harus mundur, meskipun di depan dan di belakang adalah jurang. Kalau seperti itu tentu saja tidak bisa dilakukan, namanya bekerja kan harus profesional dan sesuai aturan, bukan sesuai perintah bos.

Atau seperti pejuang? ya kalau pejuang lebih ngeri lagi. Dia berjuang sampai dengan darah penghabisan. Lalu apakah harus bekerja dengan mempertaruhkan nyawa. Hmm... sepintas apa yang dia bayangkan menjadi gelap, dan tidak mau lagi melanjutkan bayangannya tadi. Lalu kemudian dia mulai tertawa sendiri, ketika membayangkan bekerja dengan sebuah kostum superhero entah itu kostum Batman atau Spiderman atau bahkan P-Man. Tentu sangat lucu apabila ke kantor dan bekerja di depan komputer dengan kostum seperti itu.

Sembil tersenyum sendiri dan kadang tertawa geli, si karyawan tersebut terus membayangkan hal lucu tadi. Tiba-tiba lamunannya dikagetkan dengan suara besar dan tegas, dan sepertinya suara itu tidak asing di telinganya.
"Ehmmm....". bunyi suara itu.
"I..i..yaa.. Pak". sahut si karyawan tadi.
"Sedang apa kamu?", imbuh suara besar tadi yang tidak lain adalah bosnya.
"Se..sedang mengerjakan pekerjaan untuk rapat besok Pak". jawab si karyawan tadi.
"Hmm.. bagus, seperti ini pegawai militan yang saya butuhkan." tegas si bos tersebut dengan menepuk pundak si karyawan.
 Si karyawan tersebut pun seketika terdiam setelah mendengar perkataan tersebut.