Woro-woro

Karena satu dan lain hal maka salah satu fitur di blog ini yaitu "Kekayaan Negara" saya hilangkan, bila anda ingin memperoleh informasi yang update tentang Kekayaan Negara silahkan kunjungi langsung website Direktorat Jenderal Kekayaan Negara. Terima kasih.

Nostalgia Secangkir Teh


Hujannn... akhirnya tanah perantauan ini disiram juga dengan air segar dari langit. Sudah lama tanah disini kering menahan dahaga. Air tanah tak mau keluar, mungkin lebih nyaman berdiam diri nun jauh di dalam sana, di atas bumi panas, apalagi kalau dia keluar pasti diperebutkan orang-orang yang kesulitan hanya untuk sekedar berkumur kemudian membuangnya kembali. Belum lagi asap yang menyelimuti hari, pagi..siang..sore..malam..sampai pagi lagi... si asap tak kunjung pergi. Mungkin juga sama dengan si air tanah, dia sudah terlalu nyaman menyelimuti hari-hariku di tanah rantau ini plus membuat sesak napasku. Hmm.. aku tidak tahu siapa yang sengaja membuat selimut asap ini, yang jelas dia manusia yang dengan pikiran bodohnya sengaja membakar lahan-lahan hanya untuk kepentingannya sendiri. Tapi yang menanggung akibatnya malah semua orang, ironis memang. Pengen rasanya memaki orang seperti itu, kalo perlu sekalian dibikin semacam smoke beef. Ya tapi percuma mengumpat/memaki (misuh/Jawa/red) disini, lha wong aku tidak tahu siapa pelakunya. Toh kalo mengumpat juga tidak menghilangkan asap ini. Sudah lah, mungkin ini ujian yang diberikan dari Tuhan YME melalui “manusia bodoh” tadi yang sengaja membakar hutan, kemudian secara tidak langsung dia juga mencekik jutaan pasang paru-paru manusia lainnya, hanya demi kepentingan diri sendiri. Yang jelas hujan di hari ini telah mengubah semuanya. Panas itu berubah sejuk, selimut asap tersapu oleh air, dan si air tanah dengan malu-malu keluar menyambut temannya si air hujan.

Suasana hujan seperti ini memang sangat luar biasa, disamping keberkahan yang turun bersama tetes demi tetes air, hati pun menjadi tentram. Aroma pertemuan air hujan dan tanah kering begitu menusuk hidung, tapi justru aroma khas itu lah yang membuat pikiran menjadi tenang dan sejuk. Sesekali aku melihat guyuran hujan yang semakin deras dari jendela, udara dingin mulai terasa mengisi setiap ruang yang ada, sekecil apapun. Hmmm.... secangkir teh sepertinya pilihan tepat untuk menemani suasana ini, suasana yang luar biasa. Suasana yang sering aku rasakan ketika dulu masih berada di kampung halaman. Setiap hujan pasti berjalan menyusuri setiap sudut rumah hanya untuk mengecek atap yang bocor kemudian bergegas menampung air bocoran itu dengan ember, panci, baskom atau apaun yang bisa untuk menampung air. Setelah semua bocoran itu tertampung biasanya aku duduk di samping jendela sambil memandangi hujan yang turun. Dan tentu saja, teh hangat setia menemani bersama orang-orang tersayang. Suasana yang tak terlupakan.
 
Kini aku berada jauh dari rumah yang sering bocor di kala hujan itu, meski sering kali diperbaiki tapi tetap saja ada tetesan air dari atap ketika hujan. Sekarang aku dan rumah kenangan itu terpisah oleh  lautan, berbeda pulau, dan ribuan kilometer jarak. Tapi sepintas suasana itu saya rasakan kembali ketika hujan turun seperti ini. Memori-memori kecil bermunculan, teringat kenangan penuh kehangatan bersama keluarga tercinta. Sambil aku mengaduk teh tubruk Gunung Dempo (teh celupnya habis T T), aku coba menyusuri kenangan itu, mencoba menembus ruang dan waktu. Secangkir teh telah siap menemani suasana hujan ini, sruputan pertama seakan menjadi pintu pandora pembuka kenangan itu. Ya setiap hujan seperti ini, keluargaku pasti disibukkan dengan mencari tetesan air hujan yang menetes dari atap (alias bocor). Semua peralatan yang bisa digunakan menampung air, semua dimanfaatkan untuk menadah air bocoran hujan (T T). Setelah semua beres, semua duduk di ruang tamu. TV tidak boleh dinyalakan, kalo perlu semua kabel termasuk antena dicopot. Ya orang tuaku selalu ketakutan kalau-kalau petir menyambar televisi. Kita semua duduk di ruang tamu dengan diiringi backsound suara bocoran air hujan yang jatuh mengenai ember, panci atau baskom. Mungkin terasa menyedihkan bagi orang yang membaca ini, tapi justru itu adalah hal penuh kehangatan yang tidak pernah dirasakan orang lain. Dimana saat seperti itu kami berkumpul membicarakan segala sesuatu, mulai dari cerita ayah dan ibu waktu muda, cerita adikku tentang temannya di sekolah, cerita dari ibu tentang masa kecilku yang super nakal, sampai cerita tentang mimpi-mimpiku (misalnya suatu saat aku bakal memperbaiki semua kebocoran rumah ini) dan masih banyak lainnya. Biasanya kalo sudah ngumpul seperti itu, ayahku selalu dengan inisiatifnya sendiri membuatkan makanan atau minuman yang hangat untuk kami. Ayah suka bikin dengan jahe anget, tidak heran beliau menyimpan berrenteng-renteng jahe sachet di tempat penyimpanan rahasianya, biasanya yang tahu Cuma ayahku dan adikku. Nah pas suasana seperti ini baru dikeluarkan dari tempat penyimpanan. Kalau apesnya jahe itu habis, ya teh anget manis pun menjadi pilihan. Kami sekeluarga bersama-sama menyeruput panasnya jahe atau teh itu ditemani makanan kecil seadanya (biasanya karak/sejenis kerupuk Jawa). Begitu nikmatnya, nikmat suasananya yang mungkin bakal jarang aku temui lagi.
 
Hujan mulai mereda, seiring teh tubruk yang aku seduh tadi tinggal menyisakan ampasnya saja. Hmm.. memori itu seketika aku tutup sejenak kemudian langsung aku tuangkan dalam tulisan ini. Yup, secangkir nostalgia yang diberikan oleh secangkir teh ini sedikit mengobatiku akan rasa rindu dengan kampung halaman dan tentunya dengan orang-orang yang aku cintai dan sayangi. Begitu berartinya mereka bagiku, terima kasih atas doa mu ayah dan ibu, serta adikku. Semoga kalian selalu diberi kesehatan dan kebahagiaan. Ingin rasanya berkumpul kembali merasakan kehangatan itu.

Air Terjun Temam Lubuklinggau

Niagara mini versi Indonesia, yup barangkali itu julukan yang pas untuk air terjun yang terletak di Kota Lubuklinggau, Provinsi Sumatera Selatan ini. Ya inilah air terjun yang pernah saya ceritakan di postingan sebelumnya (tentang Air Terjun Bedegung). Baru kali ini sempet nulis postingan tentang air terjun Niagara Mini Lubuklinggau. 

Air Terjun Temam

Nama sebenarnya dari Air Terjun Niagara Mini ini sih Air Terjun Temam, obyek wisata ini tepatnya terletak di Kelurahan Air Temam, Kecamatan Lubuklinggau Selatan I. Jaraknya sekitar 11 km dari pusat kota Lubuklinggau. Jika anda ingin berkunjung ke air terjun ini, bisa ditempuh dengan menggunakan mobil atau motor. Akses jalan menuju obyek wisata Air Terjun Temam ini lumayan bagus dan sudah beraspal. Selain itu, anda pasti tidak akan bingung untuk menuju obyek wisata ini karena rambu petunjuk jalan akan memandu anda sampai ke Air Terjun Temam.

Tinggi Air Terjun Temam ini hanya sekitar 12 meter dengan lebar kurang lebih 25 meter. Dengan aliran air yang jernih dan suasana pepohonan yang masih rindang di sekitarnya, cocok sekali untuk sekedar menenangkan diri dan memanjakan mata dengan pemandangan yang asri. Air terjun ini alami, jadi bukan replika buatan manusia yang sengaja didesain mirip air terjun Niagara. Istilah air terjun "Niagara Lubuklinggau" itu hanya sebutan dari mulut ke mulut yang memang mirip dengan air terjun yang ada di perbatasan Amerika Serikat dan Kanada namun dalam versi mini (pernah masuk ulasan di detik travel juga lho). 

Oh ya, di area air terjun itu juga ada jembatan gantung yang melintasi di atas sungai. Dari atas jembatan itu kita bisa melihat pemandangan air terjun. Tapi awas jembatan ini hanya bisa menopang maksimal 8 orang untuk sekali menyebrang.
Air Terjun dari Atas

Jembatan Gantung Air Terjun Temam


Jembatan Gantung Temam

Segerr

Tangga ke air terjun

Nampaknya pemerintah setempat sudah mulai memperhatikan potensi wisata ini. Hal ini terbukti saat saya berkunjung ke sana, fasilitas pendukung mulai dibangun mulai dari lahan parkir pengunjung, toilet, mushola, jalan setapak dan tangga terbuat dari beton. Semoga saja obyek wisata ini akan dikelola dan dipelihara dengan baik. So, kalo anda sedang ada di sekitaran Lubuklinggau saya rekomendasikan mampir sebentar ke Air Terjun Temam. Gak usah jauh-jauh ke Amerika Serikat atau Kanada, di Lubuklinggau ada versi mininya.

Terbanglah yang tinggi kawan

Melihat kawan atau sahabat meraih suatu prestasi, tentunya adalah suatu kebahagiaan tersendiri. Tapi mungkin di sisi lain kita hanya bisa menggerutu pada diri sendiri, "kenapa saya tidak bisa melakukan hal yang sama?". Perasaan bahagia dan kecewa mungkin sering kita rasakan. Tapi bagaimana pun prestasi yang dicapai seseorang memang perlu diapresiasi. Lalu bagaimana kita harus menyikapi keadaan seperti itu?.

source: http://www.comicvine.com
Kalo aku sih pada dasarnya malah terpacu apabila ada rekan sejawat yang memiliki prestasi luar biasa. Entah kenapa ada dorongan dalam diri untuk membuktikan bahwa saya juga bisa berprestasi. Ya meskipun prestasi yang dibuat tidak sama atau bahkan berbeda bidang. Selalu terpintas dalam diri "kalau dia bisa, kenapa saya tidak". 

Saya bersyukur pernah diberi kesempatan untuk mengenal berbagai teman yang luar biasa dalam hidup saya. Disini saya tidak bermaksud menyombongkan diri karena memiliki teman-teman yang menurut saya hebat. Apalah  gunanya memamerkan prestasi orang lain tapi diri sendiri tidak bisa berprestasi. Kalo orang yang berprestasi menyombongkan diri mungkin ada sisi kewajarannya (meskipun seharusnya gak boleh gitu juga), nah ini yang berprestasi orang lain tapi malah kita yang tidak berprestasi "ndompleng" sombong, ^^. Jangan begitulah. Sekali lagi, tulisan saya ini hanya sekedar berbagi perspektif atas keadaan yang sering kita alami dalam hidup.

Di usia saya saat membuat tulisan ini yaitu 24 tahun, sudah ada rekan saya yang berhasil lulus S-2 di salah satu universitas yang tidak bisa dianggap main-main. Menurutku itu suatu pencapaian yang luar biasa, padahal kami start bersama-sama dari bangku SMP. Sedangkan saya saat ini baru sampai pada jenjang D-3. Mau lanjut kuliah sih, tapi peraturan di instansi saya mengizinkan melanjutkan kuliah asal sudah bekerja beberapa tahun. Memang suatu keanehan, kenapa untuk melanjutkan belajar saja ditahan-tahan. Sebenarnya kalau mau kuliah gak papa sih, karena sejatinya pendidikan adalah hak setiap warga negara. Tapi yang bikin "nyesek", kalo kita gak nurutin aturan tadi kuliah kita tidak akan diakui oleh instansi. Repot. Sudahlah, semoga ada aturan yang lebih bijaksana terkait hal ini nantinya (semoga). 

Oke menyambung tentang teman saya yang lulus S-2 tadi, nah melihat prestasi yang cemerlang seperti itu diraih oleh seorang kawan, tentunya ada rasa kebanggaan tersendiri. Nah disini lah, entah kenapa timbul dorongan pada diri, suatu saat saya pasti akan sampai pada titik yang telah ia capai sekarang.  Tapi entah kapan, yang penting sudah ada niatan mencapainya. 

Ada lagi sahabat saya yang meraih salah satu penghargaan pengusaha muda. Bahkan sampai sering muncul di berbagai media. Memang luar biasa bakat bisnisnya, tidak heran dia bisa meraih prestasi itu. Terakhir melihat dia sedang berdiskusi dan berjabat tangan dengan salah satu menteri di republik ini. Ya meskipun sebenarnya kalo soal jabat tangan dengan menteri sih saya juga sudah pernah, tapi tentunya saya tanpa ada prestasi yang membuat seorang menteri sampai jauh-jauh mendatangi hanya untuk berdiskusi dan berjabat tangan alias hanya kebetulan saja. Eits, malah bahas tentang salaman nih. Kembali ke topik tentang prestasi teman saya yang berhasil menjadi pengusaha muda sukses. Nah lalu di usia yang sama saya masih berkutat dengan bekerja di layar monitor. Dan melakukan pekerjaan yang sama tiap harinya. Tentu dari sisi finansial tidak ada apa-apanya dibanding kawan saya tadi. Tapi yang jelas semua tetap saya syukuri. Namun lagi-alagi pasti ada dorongan dalam diri untuk membuktikan "kalo dia bisa, kenapa saya tidak". Suatu saat pasti saya bisa mencapai titik yang telah dia capai. Amiin.

Sebenernya masih banyak juga kawan-kawan yang memiliki prestasi atau mungkin orang lain yang menginspirasi, tapi mungkin akan menjadi bosan kalo saya tulis satu per satu. Nanti malah kesannya malah menyombongkan prestasi orang lain seperti yang saya singgung di depan tadi. Oke, kesimpulan dari beberapa penggal prestasi kawan-kawan tadi kalo menurut perspektif diri saya ya kalau ada orang lain (terutama sahabat) yang meraih prestasi ada kecenderungan/dorongan untuk membuktikan diri bahwa kita juga bisa. Dengan demikian semakin tinggi prestasi yang didapat orang-orang di sekitar kita, justru membuat kita semakin ingin mencapai titik yang sama atau bahkan lebih. Menurutku ini bukanlah suatu hal yang negatif, toh kita juga tidak didasari rasa iri atas prestasi dia. Justru ini adalah hal yang positif karena kita terpacu untuk lebih mengembangkan diri dan berprestasi. 

Yup, semakin tinggi terbang kawan-kawanmu kejarlah dia, suatu saat kamu tidak akan menyadari kalau kamu ternyata sudah ikut terbang tinggi sampai berada di titik yang sama dengan mereka atau mungkin lebih tinggi. Kalau kamu mengeluh bagaimana caranya terbang karena kamu tidak punya sayap, lihat kawanmu yang sudah jauh tinggi dia tak perlu sayap untuk menuju titik itu.


Air Terjun Bedegung

Sesekali jalan-jalan untuk menghilangkan penat pekerjaan menurut saya memang perlu dilakukan. Selain untuk merefresh pikiran yang selama ini dipenuhi beban kerja, tentunya dengan melihat dunia luar di sana akan memberikan suasana dan gairah berbeda pada diri kita. Pastinya dapat berpengaruh pada peningkatan semangat kerja. (Ujung-ujungnya kerja #wtp).

Saya sendiri gak sering-sering amat sih jalan-jalan, hmm sebenarnya suka juga sih jalan-jalan. Tapi kalo sendirian ya gak asyikk lah, namanya juga "jalan-jalan" ya harus rame-rame.. kalo sendirian namanya "jalan" doang. Mumpung saya masih megawe di pulau Sumatera (sapatau tahun depan pindah) mari dimanfaatkan untuk menikmati indahnya alam pulau Andalas ini.
Liburan saatnya bersenang-senang bersama teman-teman. Mendaki gunung, lewati lembah, sungai mengalir indah ke samudera, bersama teman bertualang....

Hari libur itu saya dan teman-teman memang sudah merencanakan untuk refreshing. Mmm, disini saya menggunakan istilah "teman" aja lah, meskipun ada beberapa di antara teman-teman itu statusnya bos, tapi kalo udah hari libur semua itu dianggap gugur (wkcwkc^^.).  Sebenernya kami rencana ke Lubuklinggau mencari air terjun yang katanya bagus di internet. Tapi karena jarak yang jauh, waktu yang tidak memungkinkan serta data lokasi yang tidak akurat, kami pun akhirnya memutuskan berpetualang ke tempat yang lebih memungkinkan dijangkau yaituuu ke air terjun Bedegung di Muara Enim (petualangan ke Lubuklinggau ditunda lain kali). 
Setelah +/- 2 jam-an perjalanan dari Lahat, here we gooo...
Welcome to Bedegung Waterfall

Bos Supir
Dari berbagai informasi yang saya peroleh dari om Google, air terjun Bedegung tingginya sekitar 99 meter, lumayan lah. Akses menuju obyek wisata ini gak terlalu susah dijangkau sih. Patokannya Simpang Meo Muara Enim, nah dari sana ikutin aja penunjuk jalan ke air terjun Bedegung. Haha, maklum tinggal ngikut Bos Supir aja, jadi gak tahu patokan pastinya. Yang jelas relatif mudah dijangkau kok. Sementara kalau dari Palembang sekitar 260 KM. Namun sedikit disayangkan, karena untuk menuju obyek wisata ini anda harus membawa kendaraan sendiri, mengingat tidak adanya angkutan umum menuju air terjun Bedegung ini.
Air Terjun Bedegung
Suasana di air terjun sini cukup sejuk karena masih banyak pepohonan dikanan kirinya. Selain itu sarana dan prasarana juga sudah cukup lumayan mengingat sudah tersedia lahan parkir yang cukup luas dan jalan/tangga menuju air terjun yang bagus. Oh ya selain itu di sekitar area air terjun juga terdapat kolam ikan yang nampaknya dikelola khusus. Overall, suasananya lumayan lah (daripada lu manyun). Kebetulan pas kesana juga lagi sepi pengunjung jadi bisa leluasa menikmati pemandangan dan sejuknya suasana Bedegung.
Awasss kepleset

senyum woy yang paling depan

Yesss
Istirahat di gubuk

Upsss
Pulangggg
Ya itu yang bisa saya share, sekedar memperkenalkan obyek wisata yang ada di sekitar Sumatera Selatan dan mengabadikan moment kebersamaan bersama teman-teman. Silahkan berkunjung kalau sedang berada di Sumatera Selatan, ayo jelajahi Indonesiamu.