Prajabatan Kemenkeu Golongan II Gelombang 1 Tahun 2013


Baru sempat buka kembali blog ini, mau nulis apa juga bingung. Hmmm.. nulis tentang Prajabatan aja deh, yang sebenarnya sudah hampir 2 bulan berlalu sejak saya menulis post ini.

Jakarta, Lebak Bulus tanggal 25 Februasi sampai dengan 15 Maret 2013 adalah momen yang tidak akan terlupakan karena akan menjadi bagian dari sejarah hidup saya (eCieee..).  Prajabatan yang kurang lebih 1,5 tahun dinanti sejak wisuda dulu akhirnya datang, dan kebetulan juga dapat gelombang pertama (asyiiikk..). Mungkin semua teman-teman seperjuangan lainnya menyambut diklat prajabatan ini dengan suka cita. Namun berbeda dengan saya, hmmm sebenernya saya juga menyambutnya dengan suka cita tapi karena ada sedikit musibah yang menimpa diri saya, membuat rasa suka cita itu menjadi rasa beban. Seminggu sebelum prajabatan saya divonis terkena demam berdarah plus tipus. Ini pertama kalinya saya masuk rumah sakit (wow...) dengan status pasien sepanjang hidup saya (worthed). Waktu sakitnya gak pas banget lah dengan moment saaat itu, bayangkan tinggal menghitung hari untuk sesutau yang telah ditunggu-tunggu, tapi malah berbaring di ranjang dengan infus menancap di tangan. Tapi demi saat yang saya tunggu-tunggu itu, demi kedua orang tuaku yang duduk menungguiku terbaring dan demi orang-orang yang mencintai dan mendoakanku.. saya yakinkan diri bahwa akan sembuh sebelum genderang prajab dibunyikan (mind setting positif #eaaa). Dan akhirnya saya dapat sembuh juga sebelum prajab di mulai. Tepat satu hari sebelum masuk "kawah candraontheface", saya dibolehkan keluar rumah sakit dan siap bergabung dengan teman-teman seperjuangan untuk melewati pengemblengan yang luar biasa. Satu pelajaran yang saya dapat, kalau anda yakin akan sesuatu maka anda selangkah mendapatkan sesuatu itu. Halah.

Hari Minggu sore saya dan beberapa teman-teman seangkatan prajabatan berbondong-bondong menaiki bis yang sengaja kami sewa dengan iuran (kami tidak disediakan transportasi oleh instansi) untuk menuju kawasan Lebak Bulus, Jakarta tempat menjalani diklat prajabatan. Akses menuju tempat ini memang agak sulit. Dari jalan raya, kami harus berjalan dulu menuju tempat pengemblengan itu. Setelah sampai di kompleks diklat itu, yang saya rasakan adalah teduh dan nyaman. Dan yang paling bikin “mak jless” adalah tempat diklat kami ternyata di kompleks sekolah luar biasa. Ya saya akan diklat 3 minggu di tempat saudara-saudara kita yang kurang beruntung secara fisik di Wisma Duta Wiyata Sekolah Luar Biasa A, Lebak Bulus. Tidak ada alasan bagi saya untuk menunaikan diklat ini dengan tidak sungguh-sungguh, lha wong adik-adik yang kurang beruntung saja tetap semangat belajar meski fisik mereka tidak sesempurna saya (bersyukur). Terlebih diklat prajabatan ini merupakan syarat untuk menjadi abdi negara seutuhnya (100%, tidak 850 atau 80%...hihi).

Dalam diklat tersebut kami yang berasal dari berbagai instansi Eselon I Kemenkeu dibagi menjadi 5 kelas, dan saya mendapatkan kelas A (A..a..a,a,a,a #singanawkwardsong). Kelas yang kontroversial (ngampet ngguyu). Kalo diceritakan mungkin butuh beberapa chapter untuk menulisnya (hihi). Yang pasti kelasnya rame, banyak orang-orang pinter, gokil, misterius bahkan aneh (saya masuk yg terakhir mungkin, haha). Meski di awal-awal masih belum terasa keakraban dan kekompakannya (wajar), tapi seiring waktu kelas A semakin kompak, meski tidak sekompak kelas se”Be”lah. Ini terbukti dengan kelas kami berhasil merebut juara kedua lomba yel-yel, dan juara pertama lomba yel-yel adalah kelas se”Be”lah. Kelas ini juga terlihat paling keras kalo teriak (meskipun sebenarnya hanya satu orang yang teriak, no name). Dan kalo bernyanyi yel-yel saat moving, pasti menjadi perhatian kelas lain (entah karena kekompakan atau keanehannya?).

Meskipun demikian, setelah semua itu berlalu terkadang rasa rindu dan keinginan kembali ke masa itu muncul. Tapi bukan berarti ingin mengulang prajab lagi. Ogah amat kalau harus mengulang kegiatan-kegiatan yang sudah diatur. Harus bangun pagi-pagi dan langsung latihan fisik dengan mata yang masih lengket. Latihan fisik dapat berupa senam, push up, sit up, pull up, lari, bahkan kami pernah jalan jongkok (serius)baris berbaris Setelah itu rebutan kamar mandi (waktu mandi gak sampai 10 menit). Makan pun ada aturannya, “di tempat duduk siap grakk...”(aba-aba ketua kelas), kaki di hentakan ke bumi.. “mengawali makan pagi/siang/malam berdoa mulai..”, menunduk berdoa... “waktu makan 10 menit”(ini nih yang gak enak). “istirahat di tempat grakkk” (aba-aba ketua lagi)..... dan semua langsung menyahut “SELAMATT MAKANNN...”.

Dalam diklat prajab semua harus rapi dan teratur. Saat berjalan menuju kelas untuk menerima materi harus berbaris dengan teratur. Pakaian harus rapi (baju putih berdasi, celana/rok hitam dan sepatu hitam, kalo jum’at pake batik). Materi tentang ke-PNS-an, NKRI dan karakter harus kami lahap dari pagi sampe sore (kadang sampe malam juga). Malam hari kita semua juga harus melaksanakan apel malam, walau seringkali teman-teman menyebut ini sebagai “stand up comedy”, gimana gak? Setiap apel malam pasti ada-ada saja ucapan dari pelatih bikin ketawa. Entah itu dari ejekannya terhadap salah satu di antara kami, jodoh-menjodohkan, bahkan menghukum karena kesalahan yang sebenarnya gak salah (lha moso panggil nama langsung suruh push up.. “Sul**, push up” (ya begitu kira-kira instruksinya). Dan dengan lugunya langsung dituruti, dan kasihannya yang kena perlakuan khusus itu cuma satu orang (hehe, sadis). Tapi walau begitu, pelatih-pelatihnya sangat disiplin. Saat apel/upacara saja gak boleh garuk-garuk dan batuk-batuk. Bayangin aja kalau udah gak kuat nahan gatel n batuk, satu garukan atau batukan harus dibayar 10 push up (adil kah?). Kalo aku sih yang penting saat batuk n garuk2 gak ketahuan mata pelatih, aman.

Ya begitulah suka duka prajab duaaaa... Saat menjalani semua kegiatan tadi rasanya pengen cepat-cepat selesai saja diklat ini. Fiuuu... Tapi setelah prajab selesai justru perasaan ingin lebih lama bersama dan berjuang seperti yang telah dilalui muncul lagi. Ya “gunung akan terasa datar saat kita sampai puncaknya”, sebuah petikan kalimat yang ada pada setiap buku modul materi. Makna kalimat itu baru terasa setelah kami selesai membaca buku demi buku modul itu; setelah kami melalui hari-hari dengan push up, sit up, pull up dan lari; setelah kami bersama-sama melatih kekompakan tim entah itu dengan baris-berbaris dan latihan yel-yel; setalah kami mulai menjalin keakraban dan persahabatan; dan setelah diklat ini telah berakhir. Ibarat menaiki gunung, sesuatu yang paling berkesan adalah saat kita bersama-sama melangkah setapak demi setapak tanjakan yang ada. Saling membantu kawan, bercanda dan saling mengejek (ejekan adalah tanda kita akrab, jangan diambil serius teman). Proses lebih berkesan dan bermakna daripada semua hasil yang ada. Semoga prajab yang telah dilalui ini, dapat menjadi bekal kita untuk mengemban tugas sebagai abdi negara. Dan menjadi kenangan indah dalam kehidupan masing-masing.

Salam untuk semua teman-teman seperjuangan Prajab II Gelombang I. Selamat berkarya dan bertugas demi nusa dan bangsa.

No comments:

Post a Comment