Beberapa jam lalu
sebelum saya membuat tulisan ini, saya masih menghadap layar monitor, sama saat
membuat tulisan ini. Namun yang berbeda adalah layar monitor beberapa saat
yang lalu itu adalah monitor kantor. Dengan mata yang sudah letih dan
terkantuk-kantuk, tetapi entah kenapa seolah ada dorongan untuk tetap bertahan.
Pikiran yang sudah tidak fokus pun menjadi ujian dalam kondisi ini. Ibarat seorang
pelaut yang menerjang samudera, rasa kantuk, letih dan capek adalah gelombang
yang siap menyerang. Namun tetap berusaha bertahan kembali mengerjakan pekerjaan dengan mencoba fokus
pada monitor, mencermati angka-angka dan menuangkan kata-kata. Orang-orang di
sekelilingku pun telah menghilang satu per satu. Tapi biarlah, yang penting aku
tetap mencoba fokus dengan monitorku. Melawan diri sendiri memang ternyata
lebih susah, disaat kita ingin tetap melanjutkan pekerjaan, tetapi tubuh kita sudah berteriak
mengantuk, letih dan capek.
Mungkin orang di sekitarku bertanya-tanya kenapa kamu memaksakan bekerja sampai larut. Mereka berkata toh bosmu tidak peduli dengan apa yang kamu kerjakan, toh kamu tidak akan mendapat penghargaan atas apa yang kau lakukan, toh kamu tidak akan mendapat hal lebih dengan hanya mengerjakan hal seperti ini. Bahkan ada yang bilang kamu seperti ini biar mendapat simpati, atau menjadi anak kesayangan bos. Biarlah orang berkata apa, yang penting aku tetap fokus pada monitorku. Waktu semakiin larut dan tubuh ini sudah tidak kuat lagi membendung rasa letih. Aku ajak temanku yang sedari tadi menungguiku.
Sampai di rumah kontrakan aku pun bergegas membuang semua letihku dengan menyiram air ketubuhku, ya sedikit rileks memang. Kemudian ku ambil monitor untuk menulis tulisan ini, dan akupun teringat apa yang telah aku lakukan seharian ini. Aku pun mencoba mencari alasan atas apa yang telah aku kerjakan selama seharian ini sampai malam hari ini. Dan aku memilih alasan “tanggung jawab”, ya tanggung jawab atas apa yang aku kerjakan. Bukan demi simpati orang, bukan demi penghormatan atau penghargaan dan bukan demi uang. Semua ini karena alasan tanggung jawab semata. Dan ketika aku melirik ke kalender untuk merencanakan hari esok, ternyata hari ini adalah Hari Sumpah Pemuda yup tanggal 28 Oktober. Kemudian aku tambahkan lagi bahwa hari ini adalah alasan kenapa aku menjalani hariku ini. Ya seorang pemuda harus bertanggung jawab atas semua hal yang dia kerjakan.
Mungkin orang di sekitarku bertanya-tanya kenapa kamu memaksakan bekerja sampai larut. Mereka berkata toh bosmu tidak peduli dengan apa yang kamu kerjakan, toh kamu tidak akan mendapat penghargaan atas apa yang kau lakukan, toh kamu tidak akan mendapat hal lebih dengan hanya mengerjakan hal seperti ini. Bahkan ada yang bilang kamu seperti ini biar mendapat simpati, atau menjadi anak kesayangan bos. Biarlah orang berkata apa, yang penting aku tetap fokus pada monitorku. Waktu semakiin larut dan tubuh ini sudah tidak kuat lagi membendung rasa letih. Aku ajak temanku yang sedari tadi menungguiku.
Sampai di rumah kontrakan aku pun bergegas membuang semua letihku dengan menyiram air ketubuhku, ya sedikit rileks memang. Kemudian ku ambil monitor untuk menulis tulisan ini, dan akupun teringat apa yang telah aku lakukan seharian ini. Aku pun mencoba mencari alasan atas apa yang telah aku kerjakan selama seharian ini sampai malam hari ini. Dan aku memilih alasan “tanggung jawab”, ya tanggung jawab atas apa yang aku kerjakan. Bukan demi simpati orang, bukan demi penghormatan atau penghargaan dan bukan demi uang. Semua ini karena alasan tanggung jawab semata. Dan ketika aku melirik ke kalender untuk merencanakan hari esok, ternyata hari ini adalah Hari Sumpah Pemuda yup tanggal 28 Oktober. Kemudian aku tambahkan lagi bahwa hari ini adalah alasan kenapa aku menjalani hariku ini. Ya seorang pemuda harus bertanggung jawab atas semua hal yang dia kerjakan.