Melihat kawan atau sahabat meraih suatu prestasi, tentunya adalah suatu kebahagiaan tersendiri. Tapi mungkin di sisi lain kita hanya bisa menggerutu pada diri sendiri, "kenapa saya tidak bisa melakukan hal yang sama?". Perasaan bahagia dan kecewa mungkin sering kita rasakan. Tapi bagaimana pun prestasi yang dicapai seseorang memang perlu diapresiasi. Lalu bagaimana kita harus menyikapi keadaan seperti itu?.
source: http://www.comicvine.com |
Kalo aku sih pada dasarnya malah terpacu apabila ada rekan sejawat yang memiliki prestasi luar biasa. Entah kenapa ada dorongan dalam diri untuk membuktikan bahwa saya juga bisa berprestasi. Ya meskipun prestasi yang dibuat tidak sama atau bahkan berbeda bidang. Selalu terpintas dalam diri "kalau dia bisa, kenapa saya tidak".
Saya bersyukur pernah diberi kesempatan untuk mengenal berbagai teman yang luar biasa dalam hidup saya. Disini saya tidak bermaksud menyombongkan diri karena memiliki teman-teman yang menurut saya hebat. Apalah gunanya memamerkan prestasi orang lain tapi diri sendiri tidak bisa berprestasi. Kalo orang yang berprestasi menyombongkan diri mungkin ada sisi kewajarannya (meskipun seharusnya gak boleh gitu juga), nah ini yang berprestasi orang lain tapi malah kita yang tidak berprestasi "ndompleng" sombong, ^^. Jangan begitulah. Sekali lagi, tulisan saya ini hanya sekedar berbagi perspektif atas keadaan yang sering kita alami dalam hidup.
Di usia saya saat membuat tulisan ini yaitu 24 tahun, sudah ada rekan saya yang berhasil lulus S-2 di salah satu universitas yang tidak bisa dianggap main-main. Menurutku itu suatu pencapaian yang luar biasa, padahal kami start bersama-sama dari bangku SMP. Sedangkan saya saat ini baru sampai pada jenjang D-3. Mau lanjut kuliah sih, tapi peraturan di instansi saya mengizinkan melanjutkan kuliah asal sudah bekerja beberapa tahun. Memang suatu keanehan, kenapa untuk melanjutkan belajar saja ditahan-tahan. Sebenarnya kalau mau kuliah gak papa sih, karena sejatinya pendidikan adalah hak setiap warga negara. Tapi yang bikin "nyesek", kalo kita gak nurutin aturan tadi kuliah kita tidak akan diakui oleh instansi. Repot. Sudahlah, semoga ada aturan yang lebih bijaksana terkait hal ini nantinya (semoga).
Oke menyambung tentang teman saya yang lulus S-2 tadi, nah melihat prestasi yang cemerlang seperti itu diraih oleh seorang kawan, tentunya ada rasa kebanggaan tersendiri. Nah disini lah, entah kenapa timbul dorongan pada diri, suatu saat saya pasti akan sampai pada titik yang telah ia capai sekarang. Tapi entah kapan, yang penting sudah ada niatan mencapainya.
Ada lagi sahabat saya yang meraih salah satu penghargaan pengusaha muda. Bahkan sampai sering muncul di berbagai media. Memang luar biasa bakat bisnisnya, tidak heran dia bisa meraih prestasi itu. Terakhir melihat dia sedang berdiskusi dan berjabat tangan dengan salah satu menteri di republik ini. Ya meskipun sebenarnya kalo soal jabat tangan dengan menteri sih saya juga sudah pernah, tapi tentunya saya tanpa ada prestasi yang membuat seorang menteri sampai jauh-jauh mendatangi hanya untuk berdiskusi dan berjabat tangan alias hanya kebetulan saja. Eits, malah bahas tentang salaman nih. Kembali ke topik tentang prestasi teman saya yang berhasil menjadi pengusaha muda sukses. Nah lalu di usia yang sama saya masih berkutat dengan bekerja di layar monitor. Dan melakukan pekerjaan yang sama tiap harinya. Tentu dari sisi finansial tidak ada apa-apanya dibanding kawan saya tadi. Tapi yang jelas semua tetap saya syukuri. Namun lagi-alagi pasti ada dorongan dalam diri untuk membuktikan "kalo dia bisa, kenapa saya tidak". Suatu saat pasti saya bisa mencapai titik yang telah dia capai. Amiin.
Sebenernya masih banyak juga kawan-kawan yang memiliki prestasi atau mungkin orang lain yang menginspirasi, tapi mungkin akan menjadi bosan kalo saya tulis satu per satu. Nanti malah kesannya malah menyombongkan prestasi orang lain seperti yang saya singgung di depan tadi. Oke, kesimpulan dari beberapa penggal prestasi kawan-kawan tadi kalo menurut perspektif diri saya ya kalau ada orang lain (terutama sahabat) yang meraih prestasi ada kecenderungan/dorongan untuk membuktikan diri bahwa kita juga bisa. Dengan demikian semakin tinggi prestasi yang didapat orang-orang di sekitar kita, justru membuat kita semakin ingin mencapai titik yang sama atau bahkan lebih. Menurutku ini bukanlah suatu hal yang negatif, toh kita juga tidak didasari rasa iri atas prestasi dia. Justru ini adalah hal yang positif karena kita terpacu untuk lebih mengembangkan diri dan berprestasi.
Yup, semakin tinggi terbang kawan-kawanmu kejarlah dia, suatu saat kamu tidak akan menyadari kalau kamu ternyata sudah ikut terbang tinggi sampai berada di titik yang sama dengan mereka atau mungkin lebih tinggi. Kalau kamu mengeluh bagaimana caranya terbang karena kamu tidak punya sayap, lihat kawanmu yang sudah jauh tinggi dia tak perlu sayap untuk menuju titik itu.
No comments:
Post a Comment